Abstrak
Artikel,  Teks

Manifesto Ketuhanan

Setelah tercampak dari dunia, kini kuterasing dalam logika yang kabur oleh tetesan darah yang menentang setiap buah akalku atas nama budaya. Produk dari pemikiran masa lalu yang kuanggap tak bisa menjerat jalan pikirku. Tentang Tuhan dan kebaikan.

Akankah dunia berjalan tanpa norma,…..???

Ajaran Ketuhanan yang kutelan lewat propaganda fiktif dari penyebar kalam Tuhan yang mengobral surga dengan wanita dan kelaminnya. Biarlah nafsu tetap menjadi nafsu, tak usah memperkosa suatu keyakinan menjadi budaknya. Sorgaloka kewanitaan di dunia kujadikan ritual suci sesembahanku atas karuniaNya. Itupun dengan sebuah kepercayaan bahwa aku akan mempertanggung jawabkan kelaminku dalam sebuah kehidupan matrealis yang memuja kemapanan di atas kebahagiaan.

Kuyakin suatu saat kumenemukan Tuhan yang kucari, bukan milik suatu agama, bukan seperti kata orang-orang yang mengenalNya lewat dongeng kanak-kanak. Tanpa pencarian dan tanpa pemikiran. Hanya menjadi anjing banci yang menurut kata tuannya.

Suatu ketika telah terpikir olehku bahwa agama telah menjadi doktrin yang paling jahat. Sebuah kultur yang hanya mengenal kebenaran tunggal, yaitu Tuhan. Tapi kita tidak sendirian mengenal Tuhan. Adalah sebuah persepsi kasar bahwa Tuhan telah diartikan juataan makna oleh orang-orang pendahulu yang siap memaksakan pemikirannya kepada kita.

Kembali dengan bagaimana cara kita menyikapinya, apakah dengan “ya Tuanku”, dengan konsekuensi karena gila dengan banyaknya bisa yang meracuni darah ini, ataukah kuberlari mengambil tulang sebagai pertanda aku juga bernafsu, baik untuk mengenyangkan ragaku ataupun kelaminku.

Jauh memang dari kesadaran kugoreskan pemikiranku. Teramat lalai aku atas sebuah pembenaran yang diyakini akan merubah keadaan ini. Biarlah Dia menjadi nista, biarlah kedengkian menggerogoti hati setiap insan yang mempercayaiNya. Atau kau percaya padaku. Bahwasanya sekutu setan telah menyebar fatwa-fatwa kafir. Semua mengatasnamakan Tuhan. Bahkan Iblis Yang Maha Durjana juga mengaku dirinya Tuhan.

Baca Juga  Arti Peribahasa Malang Tak Dapat Ditolak, Mujur Tak Dapat Diraih

Laman: 1 2