Puisi Chairil Anwar Kawanku dan Aku
Puisi,  Sastra,  Seni & Budaya

Puisi Chairil Anwar Kawanku dan Aku

Kawanku dan Aku

Kepada L.K. Bohang,
Kami jalan sama. Sudah larut
Menembus kabut.
Hujan mengucur badan.
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan.
Darahku mengental-pekat. Aku tumpat-pedat.
Siapa berkata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga.
Dia bertanya jam berapa!
Sudah larut sekali
Hingga hilang segala makna
Dan gerak tak punya arti.

Baca Juga  Arti Peribahasa Biar Lambat Asal Selamat, Tak Akan Lari Gunung Dikejar