Terlalu banyak persepsi diklaim sebagai esensi Mari saling mengenal Agar kita memahami perbedaan juga kehendak Tuhan
Artikel,  Celoteh,  HOT,  Opini,  Teks

Terlalu Banyak Persepsi Diklaim Sebagai Esensi, Mari Saling Mengenal Agar Kita Memahami Perbedaan Juga Kehendak Tuhan

Terlalu banyak persepsi diklaim sebagai esensi.
Mari saling mengenal.
Agar kita memahami perbedaan juga kehendak Tuhan.

 

Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan berbekal akal pikiran untuk membantu melaksanakan dharmanya dalam kehidupan. Sang insan melewati jalan itu dengan pengalaman, informasi dan hikmah yang dipetik dari kisah hidupnya masing-masing. Perjalanan itu tidaklah sama, sehingga buah akal dan pemikirannya sangat dipengaruhi ruang, waktu dan lingkungan sosialnya. Menjadi keras / halus, kasar / lembut, kuat / lemah, cerdas / tolol adalah pilihan dari tempaan hidup dan karma yang dialaminya. Otak akan memprosesnya menjadi sebuah pengalaman kausalitas (sebab – akibat) untuk didefinisikan sebagai pemahaman mengenal algoritma semesta.

Di ruang sosial itu, tiap individu akan menjalankan fungsi peran sesuai dengan pengalaman dan pemahamannya. Ego mempunyai peranan cukup penting untuk memahami orang lain sebagai guru dalam merangkai puzzle kehidupan yang saling menyempurnakan. Perbedaan pengalaman, bias informasi, gap pengetahuan merupakan entitas yang harus dijembatani dengan sinkronisasi demi keharmonisan hubungan antar manusia.

Sayangnya, kadang persepsi membawanya kepada keangkuhan bahwa apa yang dipercayanya adalah benar. Fanatisme sempit yang menciderai kemajemukan itu bersumber dari rasa kebenaran ruang dan waktu bagi dirinya berlaku tunggal dan berlaku untuk semuanya. Mengklaim persepsinya sebagai esensi kebenaran tanpa menghiraukan buah pemahaman yang lain. Mari saling mengenal, dengan itu kita dapat menyelaraskan frekuensi kehidupan, melengkapi dan menyempurnakan informasi yang masing-masing kita percaya. Agar kita memahami, perbedaan juga kehendak Tuhan.

Baca Juga  Puisi Karya Sapardi Djoko Damono - Kita Saksikan (1967)