Teks
-
Arti Peribahasa Bagai Katak dalam Tempurung
Bagai Katak dalam Tempurung Arti Peribahasa “Bagai Katak dalam Tempurung” adalah seseorang yang terkurung secara fisik / pemikirannya sehingga kurang (sempit) dalam pandangan maupun pengetahuannya.
-
Arti Nerimo ing Pandum
Arti “Nerimo ing Pandum” adalah menerima segala pemberian dari Tuhan dengan ikhlas dan lapang dada.
-
Arti Peribahasa Kasih Ibu Sepanjang Masa, Kasih Anak Sepanjang Galah
Kasih Ibu Sepanjang Masa, Kasih Anak Sepanjang Galah Arti Peribahasa “Kasih Ibu Sepanjang Masa, Kasih Anak Sepanjang Galah” adalah kasih sayang ibu tak terbatas dan selamanya, sementara kasih anak begitu terbatas.
-
Puisi Chairil Anwar Sendiri
Sendiri Hidupnya tambah sepi, tambah hampa Malam apa lagi Ia memekik ngeri Dicekik kesunyian kamarnya Ia membenci. Dirinya dari segala Yang minta perempuan untuk kawannya Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu? Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!
-
Puisi Karya Sapardi Djoko Damono – Aku Ingin (1989)
Aku Ingin Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
-
Arti Peribahasa Bagai Itik Pulang Petang
Bagai Itik Pulang Petang Arti Peribahasa “Bagai Itik Pulang Petang” adalah sangat lambat jalannya.
-
Jasa Sosial Media Marketing
Maestro Media melayani jasa sosial media marketing dengan ide kreatif untuk meningkatkan bisnis anda. Didukung tim profesional yang menguasai teknologi informasi, desain grafis, desain komunikasi visual, fotografi, videografi, analisa tren. Segera hubungi kami !!! Telepon : 024 86042298 Email : maestromedia.co.id@gmail.com Website : https://maestromedia.co.id Telegram : Telegram Whatsapp : 0856 418 10 627
-
Puisi Chairil Anwar Kesabaran
Kesabaran Aku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing nggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak berbicara Suaraku hilang, tenaga terbang Sudah! tidak jadi apa-apa! Ini dunia enggan disapa, ambil perduli Keras membeku air kali Dan hidup bukan hidup lagi Kuulangi yang dulu kembali Sambil bertutup telinga, berpicing mata Menunggu reda yang mesti tiba