-
Lancar Kaji Karena Diulang, Pasah Jalan Karena Diturut
Lancar Kaji Karena Diulang, Pasah Jalan Karena Diturut Arti Peribahasa “Lancar Kaji Karena Diulang, Pasah Jalan Karena Diturut” adalah segala sesuatu harus dilakukan berulang ulang supaya paham.
-
Arti Perbahasa Orang Mau Seribu Daya, Bukan Seribu Dali
Orang Mau Seribu Daya, Bukan Seribu Dali Arti Perbahasa “Orang Mau Seribu Daya, Bukan Seribu Dali” adalah jika menghendaki sesuatu, pasti akan mendapatkan jalan, jika tidak menghendaki, pasti mencari alasan.
-
Arti Peribahasa Sekali Jalan Terkena, Dua Kali Jalan Tahu, Tiga Kali Jalan Jera
Sekali Jalan Terkena, Dua Kali Jalan Tahu, Tiga Kali Jalan Jera Arti Peribahasa “Sekali Jalan Terkena, Dua Kali Jalan Tahu, Tiga Kali Jalan Jera” adalah bagaimanapun bodohnya seseorang, jika sekali tertipu, tak akan mau tertipu lagi untuk kedua kalinya.
-
Arti Perbahasa Tertangguk pada Ikan Sama Menguntungkan, Tertanggung pada Rangsang Sama Mengiraikan
Tertangguk pada Ikan Sama Menguntungkan, Tertanggung pada Rangsang Sama Mengiraikan Arti Perbahasa “Tertangguk pada Ikan Sama Menguntungkan, Tertanggung pada Rangsang Sama Mengiraikan” adalah suka dan duka dijalani bersama. Keuntungan yang didapatkan dinikmati bersama-sama, kesusahan yang dialami diatasi bersama-sama juga.
-
Puisi Karya Sapardi Djoko Damono – Hujan Dalam Komposisi, 2 (1969)
Hujan Dalam Komposisi, 2 Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara tinggi, ringan dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin; kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah, dan kembali ke bumi. Apa yang kita harapkan? Hujan juga terjatuh di jalan yang panjang, menusurnya, dan tergelincir masuk selokan kecil, mericik swaranya, menyusur selokan, terus mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini, bercakap tentang lautan. Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan, Selamat tidur.
-
Menikmati Kesakitan
Rasa sedih ini menghantuiku akhir-akhir ini. Takut kepada ketidakpastian yang memburuku untuk terus mencari jati diri. Merasa dikalahkan oleh keadaan yang kurasa siapapun tak menginginkannya. Dipaksa, terpaksa dan memaksa diri untuk terus menyelaraskan keinginan dengan dharma semesta. Aku butuh waktu untuk berdiam diri. Membiarkan entitas lain menuntunku entah kemana. Ketidakpercayaan, kepasrahan, mengendapkan hasrat tuk menyingkirkan kekotoran bathin selama ini. Sebuah proses kalibrasi, ketepatanku berdiri di salah satu sudut dunia. Lelah atas pergolakan pikir yang menjadi batu sandungan dalam perjalanan lakuku. Berhenti sejenak untuk mengobati luka, sembari berpikir mencari jalan lain atau memilih terus melanjutkan melalui jalan yang sama. Jalan yang tak mudah dilalui, penuh kerikil tajam, menanjak dan berkelok. Kuharus…
-
Puisi Karya Sapardi Djoko Damono – Dalam Doaku
Dalam Doaku Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Ketika matahari mengambang diatas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan…
-
Puisi Karya Sapardi Djoko Damono – Hujan Bulan Juni
Hujan Bulan Juni tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu