-
Menggugat Kepalsuan Kisah Tanah Jawa
Seni dan budaya merupakan salah satu produk cipta manusia sebagai manifestasi rasa yang terkandung dalam dirinya. Buah akal yang terekspresi dalam karya sastra, gerak, rupa hingga suara memvibrasi manusia lain mengenal rasa di dalam diri sang kreator. Olah rasa ini menjadi instrumen menyampaikan pesan kepada orang lain secara vulgar maupun dengan kesantunan. Tak terkecuali di tanah Jawa yang merekam banyak tokoh dan peristiwa bersejarah. Sebuah momentum yang tercapture selayaknya sebagai pembelajaran luhur bagi generasi penerusnya. Adanya limitasi informasi pada sebuah kisah dipengaruhi oleh sudut pandang, cara pandang, intensitas, ketajaman, kejernihan, distorsi maupun kepentingan. Kepentingan ini ada yang bersifat kejujuran, ada pula kepalsuan. Mengambil penggalan sebuah cerita maupun tokoh lalu diolah…
-
Hari Baik dan Tata Keseimbangan Alam
Pulau Jawa menyimpan pesona bagi tiap insan yang merindukan ketentraman atas gejolak bathin yang dialaminya. Keharmonisan semesta dan manusia terjaga melalui kebudayaan luhur yang lestari di tengah arus modernisasi tanpa batas. Keselarasan itu bersumber dari kebiasaan orang-orang Jawa yang gemar bertirakat. Menepis kerakusan serta keserakahan dengan menahan diri seperti dengan berpuasa ataupun bertapa. Kehidupan spiritual ini cukup kental khususnya di wilayah-wilayah pinggiran kota yang dekat dan bersentuhan langsung dengan alam. Adanya perhitungan hari baik hingga kalender tradisional membuktikan bahwa manusia Jawa memahami betul siklus alam sekaligus memiliki intelektual tinggi dari riset yang dulu dilakukan nenek moyangnya. Perhitungan ini berdasarkan gejala alam berupa musim, arah angin, intensitas matahari hingga kondisi geografis…
-
Arti Peribahasa Jika Ditampar Sekali Kena Denda Emas, Dua Kali Setampar Emas Pula, Lebih Baik Ditampar Betul-Betul
Jika Ditampar Sekali Kena Denda Emas, Dua Kali Setampar Emas Pula, Lebih Baik Ditampar Betul-Betul Arti Peribahasa “Jika Ditampar Sekali Kena Denda Emas, Dua Kali Setampar Emas Pula, Lebih Baik Ditampar Betul-Betul” adalah setiap perbuatan jahat itu sama saja akibatnya, meski besar ataupun kecil.
-
Arti Peribahasa Kalau Dipanggil Dia Menyahut, Kalau Dilihat Dia Bersua
Kalau Dipanggil Dia Menyahut, Kalau Dilihat Dia Bersua Arti Peribahasa “Kalau Dipanggil Dia Menyahut, Kalau Dilihat Dia Bersua” adalah bisa menyampaikan maksud dengan cara yang tepat.
-
Kalau Pandai Meniti Buih, Selamat Badan Sampai ke Seberang
Kalau Pandai Meniti Buih, Selamat Badan Sampai ke Seberang Arti Peribahasa “Kalau Pandai Meniti Buih, Selamat Badan Sampai ke Seberang” adalah Jika dapat mengatasi kesulitan tentu maksud dapat dicapai.
-
Arti Peribahasa Kalau Tiada Senapang, Baik Berjalan Lapang
Kalau Tiada Senapang, Baik Berjalan Lapang Arti peribahasa “Kalau Tiada Senapang, Baik Berjalan Lapang” adalah jika tidak bersenjata atau tidak bertenaga, sebaiknya mengalah.
-
Kalau Tidak Angin Bertiup, Tidak Akan Pohon Bergoyang
Arti peribahasa “Kalau Tidak Angin Bertiup, Tidak Akan Pohon Bergoyang” adalah sesuatu hal yang terjadi tentu ada penyebabnya.
-
Arti Peribahasa Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga
“Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga” Arti peribahasa “Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga” adalah karena kejahatan atau kesalahan yang kecil, hilang kebaikan yang telah diperbuat.