Menggugat Kepalsuan Kisah Tanah Jawa
Seni dan budaya merupakan salah satu produk cipta manusia sebagai manifestasi rasa yang terkandung dalam dirinya. Buah akal yang terekspresi dalam karya sastra, gerak, rupa hingga suara memvibrasi manusia lain mengenal rasa di dalam diri sang kreator. Olah rasa ini menjadi instrumen menyampaikan pesan kepada orang lain secara vulgar maupun dengan kesantunan.
Tak terkecuali di tanah Jawa yang merekam banyak tokoh dan peristiwa bersejarah. Sebuah momentum yang tercapture selayaknya sebagai pembelajaran luhur bagi generasi penerusnya. Adanya limitasi informasi pada sebuah kisah dipengaruhi oleh sudut pandang, cara pandang, intensitas, ketajaman, kejernihan, distorsi maupun kepentingan. Kepentingan ini ada yang bersifat kejujuran, ada pula kepalsuan. Mengambil penggalan sebuah cerita maupun tokoh lalu diolah untuk kepentingan pribadi. Hingga sering memberi citra buruk bagi leluhur bangsa ini, sedangkan tokoh superhero yang berperan baik hati dikisahkan berasal dari negeri seberang.
Sebuah dogma yang membuat minder dan mengkerdilkan jati diri sehingga oknum tersebut leluasa menguasai, menjarah sumber daya dan kesadaran penduduk pribumi. Perlu hati yang bersih untuk mengolah makna suatu peristiwa agar kejujuran rasa dapat tersampaikan dengan baik. Jiwa-jiwa tua yang bersemayam kini telah bangkit. Mengumbar semua kebusukan penjajah fisik maupun non fisik tersebut kemudian menenggelamkannya dalam kawah kehinaan.
Nusantara Bangkit
Jaya-Jaya Wijayanti.