Puisi
-
Bahasa Cinta
Harimau, memangsa seekor rusa untuk diberikan kepada anaknya Koruptor, merampas hak orang lain, untuk membuat orang terkasihnya selalu bahagia Wanita itu menjual diri, untuk berobat orang tuanya dan menyekolahkan adik-adiknya Dimanakah Cinta? Ruang dan waktu yang tak kekal Persepsi hidup yang bermanifestasi, sepertinya itu Cinta … baginya Prajurit bertempur demi apa yang dipercaya sebagai Cinta Tanah Air Teroris melakukan “Bom Bunuh Diri” untuk apa yang diyakini sebagai tanda Cinta kepada Tuhan nya Apa itu Cinta? Eksplorasi diluar diri untuk memenuhi kebutuhan hidup, bertahan, namun kemudian menjadi candu dunia Kerinduan kepada keseimbangan yang terus mencari titik hening atas gejolak jiwa Mencari kesejatian rasa, semoga selalu damai semesta Siapa itu Cinta?
-
Puisi Chairil Anwar Situasi
Situasi Tidak perempuan! yang hidup dalam diri Masih lincah mengelak dari pelukanmu gemas gelap, Bersikeras mencari kehijauan laut lain, Dan berada lagi di kapal dulu bertemu, Berlepas kemudi pada angin, Mata terpikat pada bintang yang menanti. Sesuatu yang mengepak kembali menandungkan Tai Po dan rahasia laut Ambon Begitulah perempuan! Hanya suatu garis kabur Bisa dituliskan Dengan pelarian kebuntuan senyuman.
-
Puisi Chairil Anwar Sebuah Kamar
Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam Mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!” Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar hitungan: Kamar begini, 3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa!
-
Puisi Karya Sapardi Djoko Damono – Sajak Putih
Sajak Putih Beribu saat dalam kenangan Surut perlahan Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh Sewaktu detik pun jatuh Kita dengar bumi yang tua dalam setia Kasih tanpa suara Sewaktu bayang-bayang kita memanjang Mengabur batas ruang Kita pun bisu tersekat dalam pesona Sewaktu ia pun memanggil-manggil Sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil Di luar cuaca
-
Puisi Karya Sapardi Djoko Damono – Metamorfosis
Metamorfosis Ada yang sedang menanggalkan kata-kata yang satu demi satu mendudukkanmu di depan cermin dan membuatmu bertanya tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini ada yang sedang diam-diam menulis riwayat hidupmu menimbang-nimbang hari lahirmu mereka-reka sebab-sebab kematianmu ada yang sedang diam-diam berubah menjadi dirimu.
-
Puisi Karya Sapardi Djoko Damono – Hujan Dalam Komposisi, 3 (1969)
Hujan Dalam Komposisi, 3 dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya terpisah dari hujan
-
Puisi Karya Sapardi Djoko Damono – Hujan Dalam Komposisi, 2 (1969)
Hujan Dalam Komposisi, 2 Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di udara tinggi, ringan dan bebas; lalu mengkristal dalam dingin; kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah, dan kembali ke bumi. Apa yang kita harapkan? Hujan juga terjatuh di jalan yang panjang, menusurnya, dan tergelincir masuk selokan kecil, mericik swaranya, menyusur selokan, terus mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini, bercakap tentang lautan. Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan, Selamat tidur.
-
Puisi Karya Sapardi Djoko Damono – Hujan Dalam Komposisi, 1 (1969)
Hujan Dalam Komposisi, 1 Apakah yang kautangkap dari swara hujan, dari daun-daun bugenvil basah yang teratur mengetuk jendela? Apakah yang kautangkap dari bau tanah, dari ricik air yang turun di selokan? Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan, membayangkan rahasia daun basah serta ketukan yang berulang. “Tak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit dari titik air menggelincir dari daun dekat jendela itu. Atau memimpikan semacam suku kata yang akan mengantarmu tidur.” Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan tak lagi mengenalnya.