Puisi Chairil Anwar Selama Bulan Menyinari Dadanya
Puisi,  Rujak Lambe,  Sastra,  Seni & Budaya

Puisi Chairil Anwar Selama Bulan Menyinari Dadanya

Selama Bulan Menyinari Dadanya

Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam
Ranjang padang putih tiada batas
Sepilah panggil panggilan
Antara aku dan mereka yang bertolak
Aku bukan lagi si cilik tidak tahu jalan
Di hadapan berpuluh lorong dan gang menimbang:
Ini tempat terikat pada Ida dan ini ruangan “pas bebas”
Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam
Ranjang padang putih tiada batas
Sepilah panggil panggilan
Antara aku dan mereka yang bertolak
Juga ibuku yang berjanji
Tidak meninggalkan sekoci.
Lihatlah cinta jingga luntur:
Dan aku yang pilih
Tinjauan mengabur, daun daun sekitar gugur
Rumah tersembunyi dalam cemara rindang tinggi
Pada jendela kaca tiada bayang datang mengambang
Gundu, gasing, kuda kudaan, kapal kapalan di zaman kanak,
Lihatlah cinta jingga luntur:
Kalau datang nanti topan ajaib
Menggulingkan gundu, memutarkan gasing
Memacu kuda kudaan, menghembus kapal kapalan
Aku sudah lebih dulu kaku.

Baca Juga  Arti Peribahasa Tak Ada Gading yang Tak Retak