kalibrasi alat ukur
Artikel,  Berita,  HOT,  Opini,  Teks

Kalibrasi Alat Ukur “Cinta”

Setiap alat ukur mempunyai standar yang harus diterapkan, penyimpangan dari standar yang telah ditentukan dapat terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ruang, waktu, kualitas, kecurangan, hingga kepentingan. Apa yang terjadi ketika sebuah alat ukur tidak dapat memberikan data akurat yang akan diolah kemudian oleh penyaji data dan diberikan kepada pengguna datanya. Pastinya adalah kesalahan informasi yang akan mengakibatkan proses selanjutnya akan menjadi kacau.

Analogi paling mudah adalah soal cinta, karena hampir setiap orang merasakannya. Seiring bertambahnya usia kita pasti akan merasakan berkurangnya rasa cinta karena fisik menjadi menua, perhatian berkurang, kesibukan, faktor ekonomi dan sebagainya. Lalu apa yang harus dilakukan?

Kalibrasi terhadap alat ukurmu yang membutuhkan kedewasaan dalam menentukan spesifikasi cinta yang sesuai dengan kondisimu sekarang. Terus menata diri sembari mengubah sudut pandang terhadap konstanta / variabel cinta itu sendiri. Misalnya di usia muda kita memandang cantik itu dari penampilan fisik, di usia dewasa coba ubahlah kecantikan jasmani itu sebagai kecantikan diri (rohani) yang tak mungkin pudar. Perhatian yang dulunya hanya fokus untuk dirimu sekarang bertambah seiring dengan adanya anak, pekerjaan. Uang yang dulunya hanya untuk berdua sekarang diharuskan untuk kebutuhan anak, keluarga dan kebutuhan sosial lainnya. Sudut pandang rejeki pun berubah tidak selalu tentang uang namun kesehatan, rasa aman dan nyaman.

Jangan menjadikan diri gagal menjadi manusia karena atas nama cinta namun menghilangkan cinta sejati itu sendiri. Misalnya ketika kita terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kurangnya memberikan waktu untuk keluarga, Namun sebagai gantinya hanya memberikan uang untuk mereka jalan-jalan sendiri. Output yang akan diperoleh pun berbeda. Karena rasa yang terjadi bukan karena atmosfer kebersamaan namun hanya kebahagiaan atas uang yang diberikan.

Baca Juga  Arti Peribahasa Menanti-nanti Bagaikan Bersuamikan Raja

Bahkan ada kasus buruk lainnya di kalangan pejabat yang dengan tega memotong hak orang lain atas nama cinta dengan keluarga dan kelompoknya. Apalagi menganggapnya rejeki / barokah. Apakah itu cinta? Saya rasa bukan…

Laman: 1 2