Teks
-
Arti Peribahasa Ada Asap Ada Api
Ada Asap Ada Api Arti peribahasa “Ada Asap Ada Api” yaitu ada akibat pasti ada sebabnya. Asap merupakan hasil pembakaran dari api dan, dan proses pembakaran oleh api pasti menghasilkan asap. Setiap perbuatan pasti akan ada hasilnya entah itu baik atau buruk kita tidak dapat menghindarinya. Sebuah konsekuensi dari hukum sebab akibat yang tak dapat dipisahkan.
-
Cinta Satu Malam
Sampai kini, aku lebih suka membaca buku ketimbang internet. Walaupun mungkin butuh lebih banyak waktu dalam memahami maupun memaknai. Jaman internet dan sosial media sekarang, kadang orang hanya sebatas copy paste sudut pandang kreator. Celaka bagi penggemarnya, logika menjadi loncat-loncat karena hanya kumpulan asumsi orang lain. Atau pembelaan bertameng teori yang cocok bagi dirinya sendiri. Menjadikan seseorang menurun dalam kualitas kerangka berpikir, strategis, terstruktur, maupun taktis. Karena akses informasi berlebih sehingga sulit memfilter nalarnya. Menjadi generasi latah, hanya untuk short term memory. Atau sekedar cinta satu malam.
-
Aktor
Ini semua kehendak yang di atas!!! Sebuah kalimat yang membuatku sedikit tenang, namun sering menyesatkan. Betapa tidak, semua seakan menimpakan semua peristiwa yang terjadi kepada Tuhan. Manusia mempunyai akal dan usaha, bukan robot ataupun aktor. Kita bukan diprogram untuk menjalankan suatu proses monoton dan juga bukan untuk memerankan suatu skenario dari sang penulis naskah. Untuk apa sebuah penghukuman jika seseorang memang memerankan karakter sebagai penjahat. Jadi apakah di akhirat kita akan dihisab amal dan perbuatan kita? Jika semua adalah aktor…. Sebuah pelarian tanggung jawab, bukan sebagai manusia yang seharusnya mampu berpikir di batas nalar antara mana yang baku dan yang dinamis. Di bumi kita yang menentukan, sebagai tempat menjalani usia…
-
Solusi Sejahtera
Iri merupakan sifat manusia yang tak dapat dipungkiri semua orang pernah merasakannya. Kedamaian hati dapat dicapai bila kita setara atau lebih dari orang lain. Telah langka kita dengan damainya bersyukur tanpa membandingkan apa yang kita miliki dengan yang lain. Ketidakseimbangan atau ketimpangan atau kesenjangan yang terjadi merupakan akar yang didefinisikan sebagai salah satu penyebab rasa ini. Tak mungkin kata sejahtera dapat tercapai bila pembanding masih jauh di atas kita. Maaf penulis hanya mencontohkan dari segi ekonomi. Bagaimana sistem secara tidak sadar telah memporak porandakan nurani yang dulu sering dideklarasikan waktu kumasih kecil. Sebuah angan yang jauh dari nyata dengan ketidaksiapanku menghadapinya. Ingin rasanya kumenjadi guru SD saja agar kutetap bercerita…
-
No Limit …
Ojo Dumeh Ojo Gumunan Ojo Rumongso Dunia yang berat dijalani manusia yang tak kenal kebuntuan akal, walau terjerat atas nama norma yang ada. Semua terbeli oleh kepuasan dalam melampiaskan ego sentris sang pemburu nafsu. Hasrat untuk mencapai kebahagiaan kini tlah terbayar lunas meski harus mengorbankan orang lain. Sangat kontradiksi dengan tatanan yang dulunya baku dan makmur di negeri ini. Sangat khayal sepertinya. Seakan tak percaya, atau mungkin dongeng belaka. Entahlah, mungkin kuterlalu mengada-ada, mungkin cuma ketakutan atau kuterlalu menikmati hidup yang terlampau sempit ini… Untuk apa hidup ini? untuk apa kumenjadi pecundang yang tak bisa tegar menjalani kekotoran duniaku. Kadang kuingin kiamat saja untuk dapat melihat kekuasaan Tuhan membalas kebiadaban…
-
Warisan
Yang beragama bukan dari keturunan sapa, hayo??? Mungkin kuterlalu mempermasalahkan kesadaran dalam kehidupan. Ketimbang khayalan, atau dongeng kanak-kanakku. Apalah dikata, kutelanjur hidup dengan agama budaya… Sebuah penghayatan yang secara tidak sadar memenjarakan diri dalam pemahaman eksklusif. Aku tak mengerti kenapa dulu aku diajarkan agama di bangku sekolah. Mungkin karena takut ga dapet nilai kali ya… Lalu kapan aku diberi kebebasan memilih agamaku??? Saat diri ini beranjak dewasa dengan kesadaran? Atau tanpa pilihan karena endoktrinasi yang terlalu dalam?? Kumencintai Tuhan tanpa batas, termasuk batas agama. Karena kuberTuhan dengan caraku. Bukan beragama tapi tak selalu berTuhan… Memang sulit, tapi inilah pilihanku, menjadi munafik demi sebuah status di lembar kewarganegaraan. Inilah privasi KeTuhanan…
-
Tuhanku dan dirinya
Petualangan hari ini berkisah tentang rasa dan amarah Gejolak, egois dan pemaksaan kehendak Tak apalah, itu juga pemberian Tuhan Tapi ini menyiksa, Tapi kumerasa nikmat Ujung sebuah tombak kebenaran menyatakan bahwa ini adalah sah Mencintai Tuhan dengan memuja keindahan ciptaan-Nya Hahaha… kau kira ini tulisan penyesatan Bukan, ini adalah kejujuran Selama aku kau haramkan Kuselalu memikirkannya Jadi biarkanlah kumemiliki diriku Sebagai Maha CiptaMu Betapa kesal Kau kepadaku Tapi tak mungkin Kau membenciku Terlalu indah surga yang Kau janjikan Kemudian inginku memilikinya di bumiku Silakan sombong dengan keakuanMu Karena Kau tak memiliki anugerahMu
-
Yang Terlelap
Begitulah pengecut yang takut dalam persaingan. Akulah orang bodoh yang tak mau dibodohi. Kubuat kau menyesal telah mempecundangiku. Orang-orang yang telah meremehkanku, bersiap-siaplah…. Kapankah aku bisa tertidur nyenyak? Kapankah aku bisa hidup tanpa dendam? Masihkah kutatap mentari pagi esok dan masih bisa menikmati indahnya bumi? Bumi yang bersih, tanpa kecongkakan … Ku yang akan terlelap, tapi bukan mati.