Artikel
-
Sanggar Waringin – Sering Disalahpahami Namun Selalu Memberi Manfaat
Pohon beringin, menyimpan 1001 cerita misteri di dalamnya. Sering dikonotasikan sebagai sarang demit, gendruwo, kuntilanak, hingga menjadi istana lelembut. Namun, apakah sobat maestro mengetahui apa saja manfaatnya? Mari kita simak penjelasannya… Pohon beringin menghasilkan Oksigen (O2) yang bermanfaat untuk pernafasan manusia dan makhluk lainnya. Memberi keteduhan dari teriknya matahari, menjaga kontur tanah sehingga terhindar dari longsor, juga menyerap air dalam tanah untuk dapat dimanfaatkan memenuhi kebutuhan manusia. Tak heran sering dijumpai sumber mata air (sendang) diantara rimbunnya pohon beringin. Energi murni dari alam ini selalu menjadi magnet makhluk apapun yang membutuhkan sumber kehidupan, bahkan mungkin dari bangsa lain. Begitu pula seseorang dengan perwatakan sanggar waringin, sering disalahpahami karena perawakannya dianggap…
-
Tejo Kinurung – Berani Membakar Diri Untuk Menerangi Seisi Ruang
Lebih baik menyalakan api daripada mengutuk kegelapan. Begitulah sikap seseorang dengan watak tejo kinurung yang selalu menjadi penerang bagi orang-orang di sekitarnya. Berani untuk membakar diri untuk menerangi tempat dimanapun dia berada. Mengorbankan diri sendiri untuk kebaikan orang lain, selaras dengan dharmanya dalam kehidupan. Namun perlu diingat, elemen api harus mampu mengelola energinya dengan baik karena memiliki potensi untuk membakar obyek lainnya. Jika tidak, segala sesuatu menjadi musnah sia-sia. Elemen inipun dipengaruhi oleh energi angin dan air. Angin yang kencang akan mengobarkan api lebih besar, begitupun api jika tersiram dengan air yang terlalu banyak akan memadamkannya. Pengendalian volume, intonasi dan gaya bicara pun perlu diperhatikan karena salah-salah akan menyakitkan hati…
-
Menikmati Kesakitan
Rasa sedih ini menghantuiku akhir-akhir ini. Takut kepada ketidakpastian yang memburuku untuk terus mencari jati diri. Merasa dikalahkan oleh keadaan yang kurasa siapapun tak menginginkannya. Dipaksa, terpaksa dan memaksa diri untuk terus menyelaraskan keinginan dengan dharma semesta. Aku butuh waktu untuk berdiam diri. Membiarkan entitas lain menuntunku entah kemana. Ketidakpercayaan, kepasrahan, mengendapkan hasrat tuk menyingkirkan kekotoran bathin selama ini. Sebuah proses kalibrasi, ketepatanku berdiri di salah satu sudut dunia. Lelah atas pergolakan pikir yang menjadi batu sandungan dalam perjalanan lakuku. Berhenti sejenak untuk mengobati luka, sembari berpikir mencari jalan lain atau memilih terus melanjutkan melalui jalan yang sama. Jalan yang tak mudah dilalui, penuh kerikil tajam, menanjak dan berkelok. Kuharus…
-
Satrio Piningit Kekinian – Cerita di Balik Orang-Orang Belakang Layar
Dewasa ini, pergeseran fungsi peran manusia terhadap diri dan orang lain telah mengalami kalibarasi yang cukup tinggi. Peran diri sebagai makhluk individu dan sosial tersebut berkembang seiring pertumbuhan teknologi yang melampaui batas ruang dan waktu. Interaksi yang biasanya dilakukan dengan tatap muka kini bisa dilakukan secara online. Di media sosial pun hampir tiap detik kita disuguhkan informasi di dunia hiburan, politik, ekonomi baik dalam dan luar negeri secara faktual dengan hanya memegang smartphone di tangan. Pencitraan, hoax, afirmasi, komedi, religius dapat kita nikmati sesuai kanal yang diinginkan. Algoritma itu akan menggiring pola kesadaran manusia untuk memenuhi keinginan, walau tak jarang pula beresiko menyesatkan kita. Di balik semua itu ada peran…
-
Sebuah Catatan Fase Peradaban
Bencana pada masa Nabi Nuh menutup zaman yang hingga kini tak dapat dijelaskan bagaimana bentuk, pola dan ciri peradabannya. Manusia berkelompok menyusuri tempat-tempat yang sesuai, demi mendapatkan wilayah yang aman dan tentram bagi kehidupan keluarganya masing-masing. Disini era nomaden dimulai, usaha untuk bertahan hidup dilakukan dengan berburu dan meramu, serta membuat perabot-perabot kasar sekedar untuk menangkap hewan buruan dan mengolahnya secara sederhana. Setelah era nomaden berakhir, peradaban selanjutnya berubah menjadi menjadi menetap, bercocok tanam dan beternak. Manusia mulai membentuk sistem administrasi sederhana (hukum adat) yang wajib dipatuhi oleh setiap warganya. Kekuasaan dilihat dari seberapa luas tanah yang dimiliki, sistem ini biasa kita sebut dengan feodalisme. Karena sistem bercocok tanam berpengaruh…
-
Tumbal Kerakusan Manusia
Sudahkah sifat hewanimu berhasil kau bunuh dengan menumbalkan makhluk lain? Atau bertambah kerakusanmu setelah kebanyakan makan daging? Tuhan telah menciptakan alam dan seisinya sesungguhnya untuk dikelola manusia dengan baik. Adanya amanah manusia sebagai kalifah di bumi dan disebut pula makhluk sempurna seharusnya dipahami sebagai tanggung jawab. Apakah kita akan berbuat semaunya kepada makhluk lain dan isi semesta ini? Ataukah akan berlaku adil dan seimbang menjalankan perintah Tuhan? Mari kita sadari bersama, setelah Dia memberi peringatan dan alam murka pada kelakukan manusia. Kini, selayaknya kita memperbaiki diri dengan menjalankan dharma dengan lebih baik bagi keselarasan dan keharmonisan seuruh isi semesta.
-
Kalibrasi Alat Ukur “Cinta”
Setiap alat ukur mempunyai standar yang harus diterapkan, penyimpangan dari standar yang telah ditentukan dapat terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ruang, waktu, kualitas, kecurangan, hingga kepentingan. Apa yang terjadi ketika sebuah alat ukur tidak dapat memberikan data akurat yang akan diolah kemudian oleh penyaji data dan diberikan kepada pengguna datanya. Pastinya adalah kesalahan informasi yang akan mengakibatkan proses selanjutnya akan menjadi kacau. Analogi paling mudah adalah soal cinta, karena hampir setiap orang merasakannya. Seiring bertambahnya usia kita pasti akan merasakan berkurangnya rasa cinta karena fisik menjadi menua, perhatian berkurang, kesibukan, faktor ekonomi dan sebagainya. Lalu apa yang harus dilakukan? Kalibrasi terhadap alat ukurmu yang membutuhkan kedewasaan dalam menentukan…
-
Generasi Short Time
Selamat datang di Era Short Time, dimana segala sesuatu harus singkat dan cepat. Tak peduli proses yang harus dilakukan dan yang terpenting harus memuaskan. Generasi milenial telah berhasil menciptakan peradaban bom waktu yang entah kapan akan meledak. Puncaknya pada pandemi Covid 19, saat peran manusia bergeser digantikan dengan teknologi. Semudah itu berbelanja, memesan makanan hanya dengan smartphone di tangan, dimana pasar / pusat keramaian dipaksa tutup atas nama ketakutan penyebaran virus. Sosial media pun turut meramaikan kegabutan orang-orang dengan konten-konten narsis, memberhalakan diri dengan bantuan effect yang menambah kecantikan dan kemonotonan pribadi seseorang. Menyajikan foto & video singkat yang diharapkan merepresentasikan citra yang diinginkan. Gelamor, mewah, cantik, tampan, asesoris mahal…